Pro Kontra Kota Buatan Meikarta

Published by hmgp.geo on

Meikarta adalah sebuah nama kota buatan hasil proyek ambisius garapan Lippo Group milik James Riady. Nama Meikarta sendiri terinspirasi oleh nama dari ibunda James Riady, Li Mei Riady. (Kota) Meikarta berlokasi di Cikarang, Bekasi tersebut menjanjikan akan menjadi kota paling modern, paling indah, dan (Kota) dengan infrastruktur paling lengkap se-Asia Tenggara.Ini dibuktikan dengan terintegrasinya Meikarta dengan sejumlah fasilitas dan moda tranportasi yang sangat aksesibel. Bahkan dikatakan Meikarta menguasai moda tranportasi di 3 dimensi ruang berbeda. Darat, laut, dan udara dengan pembangunan jalan tol Jakarta – Cikampek, kereta api cepat Jakarta – Bandung, pelabuhan Cilamaya, dan Kertajati Internasional Airport. Belum lagi segundang fasilitas lain dan tata kelola ruang yang tidak main – main. Semua hal tersebut bertujuan untuk prefentifisasi masalah kemacetan, banjir, dan berbagai masalah yang terjadi di kota tetangganya, Ibukota Jakarta.

Ke“keren”an Meikarta tersebut, ternyata menyimpan sebuah cerita dibaliknya yang sungguh sama sekali tidak keren. Meikarta dinilai akan menjadi sebuah ancaman baru bagi kedaulatan spasial negeri ini. Bagaimana tidak? Proyek seluas 500 hektar tersebut ternyata belum memiliki izin pembangunan, Wakil gubernur Jawa bara Deddy Mizwar mengaku terkejut dengan (Kota) meikarta tersebut sudah dipasarkan yang bahkan pembangunannya sama sekali tidak ada dalam rencana tata ruang provinsi. Kawasan Bodebekarpur akan dikembangkan sebagai kota metropolitan oleh pemerintahan provinsi, sedangkan Bekasi sendiri dalam dokumen perencanaan tata ruang provinsi di kembangkan sebagai kawasan industri. Sedangkan Meikarta akan dijadikan sebagai (kota) untuk tujuan permukiman dan perkantoran yang asri. Ini sungguh sangat bertolakbelakang, bagaimana mungkin akan dibangun kawasan permukiman perumahan pada kawasan yang rencananya akan dikembangkan sebagai kawasan industri. Sungguh sebuah lelucon pembangunan jika itu terjadi, dan juga Meikarta hadir tiba – tiba muncul begitu saja tanpa ada yang sadar. Pemerintah provinsi jawa barat seperti dikibuli tanpa sadar, sampai – sampai mereka tidak tau menahu adanya megaproyek yang megaambisius di wilayah mereka yang bahkan sudah berjalan 13 tahun dari perencanaanya (proyek dimulai tahun 2004).

Namun itu hanya cerita permulaan dari seluruh cerita betapa sungguh Meikarta sama sekali tidak keren, bahkan “njijiki”. (Kota) Miekarta dilewati oleh pembangunan fasilitas kereta api cepat Jakarta Bandung yang baru – baru ini dibangun pemerintah. Pembangunan kereta ini juga dinilai banyak kalangan sebagai proyek tendensius. Karena Jakarta bandung sebelumnya sudah dihubungkan oleh tol purbalenyi berserta dengan jalur kereta apinya. Lha kok bisa – bisanya pemerintah ngotot pengen bangun kereta api cepat dibandingkan dengan mengembangkan jalur perhubungan yang sudah ada. Ini sungguh diluar logika efektif dan efisiensi pembangunan. Padahal masih banyak daerah – daerah negeri ini yang lebih pantas dibangun dibandingkan jawa yang semakin padat. Usut punya usut tenyata pembangunan kereta cepat jakarta bandung tersebut bertujuan untuk menyokong megaproyek ambisius Meikarta.

Selain kereta api cepat tersebut, pembangunan bandara internasional kertajati juga dinilai tendensius. Pembangunan bandara kertajati bertujuan untuk mengurangi kepadatan pelayanan di Soekarno Hatta Internasional Airport yang overservices dan jenuh dalam pelayanan. Fakta bahwa Bandara Soekarno Hatta menjadi bandara tersibuk ke 4 se-Asia Pasifik dan di tiap tahunya selalu melayani lebih dari daya tampung dan daya terima yang hanya 22 juta penumpang pertahun, sehingga menyebabkan pelayanan menjadi jenuh dan tidak maksimal. Maka munculah bandara kertajati untuk menyelesaikan persoalan. Namun apabila ditinjau lagi, mengapa lokasi pembangunan Kertajati dekat sekali dengan Soekarno Hatta, hanya 2 jam perjalanan dari jakarta pusat. Ini akan menyebabkan penumpukan daya layan (theshold) dan malahan Kertajati akan menjadi musuh atau saingan bagi Soekarno Hatta. Mengapa lokasinya tidak sekalian dibogor atau wilayah lain. Usut punya usut ternyata juga kertajati dinilai hadir untuk menyokong pembanguna kota baru Meikarta. Begitu pula dengan pelabuhan yang juga dibangun juga untuk menyokong pembangunan megaproyek Meikarta.

Fakta lain dari kota buatan Meikarta, pembangunan kota instan tersebut sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh kementrian tranmigrasi dengan membuat Kota Terpadu Mandiri (KTM) di wilayah pusat migrasi. Bedanya dengan meikarta hanya pada perencanaan, tata kelola ruang yang tak main – main, dan juga sasaran orang yang akan tinggal. Namun gagasan mengenai pembangunan kota – kota instan di indonesia cenderung memiliki sejarah yang buruk. Masih pada proyek Lippo Group, pembangunan Monaco bay yang sejak Agustus 2015 groundbreaking, sampai saat ini masih pada tahap konstruksi pondasi. Padahal ini hanya sebatas proyek kecil senilai 6 triliun di bibir pantai. Fakta lain, megaproyek Bumi Serpong Damain (BSD) yang di garap oleh sinarmas group, proyeknya dimulai 1980 sampai sekarang pun belum ada tanda – tanda akan rampung, belum tau harus menghabiskan berapa tahun lagi untuk selesai. Satu lagi yaitu kota baru Maja di Lebak Banten, yang sudah sangat lama sekali pronyeknya dimulai oleh BUMN pun sampai sekarang masih belum selesai, belum lagi kota – kota baru instan lainya yang pembangunan terhenti. Ini fakta sejarah yang menarik, apakah Meikarta juga akan berakhir seperti kota – kota instan diatas.

Satu lagi terakhir, cerita dibalik Meikarta yang sama sekali tidak keren. Ujung dari semua hal diatas tadi adalah kekhawatiran (Kota) Meikarta akan menjadi “Jakarta baru” yang tentunya jauh lebih baik dari jakarta sekarang. Permasalahan ruang dan kepadatan ruang di ibukota saat ini menjadi pemantik munculnya pemasalahan lain seperti kemacetan, banjir, tekanan penduduk, dan masih banyak lagi. Disaat ibukota negara ini sedang sakit, Meikarta hadir menawarkan solusi akan semua itu, keadilan ruang, kawasan permukiman yang asri, kelengkapan fasilitas, jaminan kemewahan dan seluruh hal yang tidak dipunya oleh jakarta saat ini. Maka mekarta akan menjadi sosok musuh bagi jakarta dan dampaknya capital flow atau perputaran modal di jakarta yang harusnya ada di jakarta akan beralih ke meikarta yang kita tau sendiri, pemiliknya berasal dari china dan jelas yang menikmati adalah mereka. Lalu warga jakarta akan mendapat penghasilan dari mana apabila uang dijakarta berpindah ke Meikarta. Ini jelas mengancam kesejahteraan banyak orang.

Cerita inilah yang seharusnya menjadi keresahan bersama, bahwa di negeri ini ada sebuah kota yang akan mengancam kedaulatan spasial negeri ini. Kembali amanat undang – undang bahwa seluruh ruang darat, laut dan udara serta sumber daya didalamya adalah milik negara dan digunakan untuk sepenuhnya kesejahteraan rakyat. Maka jelas disini bahwa kedaulatan ruang adalah kewajiban bagi bangsa dan hak bagi setiap orang dinegeri ini. Senjata terakhir kita ada pada izin pembangunan yang masih belum dikeluarkan oleh pemerintah provinsi jawa barat. Jangan sampai surat izin pembangunan ini sampai lepas lagi tanpa kawalan ketat dan teliti, dan bahkan jangan sampai surat izin pembangunan ini keluar, yang artinya kita gagal melaksanakan amanat undang – undang.

M. A. Muharrik

 

Sumber:

Hasil diskusi rutin HMGP tgl 25 agustus 2017

https://tirto.id/kota-baru-dan-mimpi-james-riady-di-meikarta-covn

Categories: Publikasi

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.